Selasa, 27 November 2018

Kawin Suntik ( Inseminasi Buatan)


                            INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK
                          Oleh : Elis Passoyo, S.Pt

Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik adalah suatu cara atau teknik untuk memasukkan mani (sperma atau semen) yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina dengan menggunakan metode dan alat khusus yang disebut 'insemination gun'.
Sejarah Perkembangan Inseminasi Buatan
Inseminasi Buatan (IB) pada hewan peliharaan telah lama dilakukan sejak berabad-abad yang lampau. Seorang pangeran arab yang sedang berperang pada abad ke-14 dan dalam keadaan tersebut kuda tunggangannya sedang mengalami birahi. Kemudian dengan akar cerdinya, sang pangeran dengan menggunakan suatu tampon kapas, sang pangeran mencuri semen dalam vagina seekor kuda musuhnya yang baru saja dikawinkan dengan pejantan yang dikenal cepat larinya. Tampon tersebut kemudian dimasukan ke dalam vagina kuda betinanya sendiri yang sedang birahi. Alhasil ternyata kuda betina tersebut menjadi bunting dan lahirlah kuda baru yang dikenal tampan dan cepat larinya. Inilah kisa awal tentang IB.
1. Tujuan Inseminasi Buatan :
-   Memperbaiki mutu genetika ternak;
- Tidak mengharuskan pejantan unggul untuk dibawa ketempat yang dibutuhkan sehingga mengurangi biaya;
-  Mengoptimalkan penggunaan bibit pejantan unggul secara lebih luas dalam jangka waktu yang lebih lama;
-   Meningkatkan angka kelahiran dengan cepat dan teratur;
-   Mencegah penularan / penyebaran penyakit kelamin.
2. Keuntungan Inseminasi Buatan (IB)
-  Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
-  Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
-  Mencegah terjadinya kawin sedarah pada sapi betina (inbreeding);
- Dengan peralatan dan teknologi yang baik sperma dapat simpan dalam jangka waktu yang lama;
- Semen beku masih dapat dipakai untuk beberapa tahun kemudian walaupun pejantan telah mati;
- Menghindari kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan terlalu besar;
- Menghindari ternak dari penularan penyakit terutama penyakit yang ditularkan dengan hubungan kelamin.
3. Kerugian IB
-  Apabila identifikasi birahi (estrus) dan waktu pelaksanaan IB tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan;
- Akan terjadi kesulitan kelahiran (distokia), apabila semen beku yang digunakan berasal dari pejantan dengan breed / turunan yang besar dan diinseminasikan pada sapi betina keturunan / breed kecil;
-  Bisa terjadi kawin sedarah (inbreeding) apabila menggunakan semen beku dari pejantan yang sama dalam jangka waktu yang lama;
- Dapat menyebabkan menurunnya sifat-sifat genetik yang jelek apabila pejantan donor tidak dipantau sifat genetiknya dengan baik (tidak melalui suatu progeny test).
4. Penampungan Semen
- Dapat dilakukan 1-3 x /minggu
- Harus terampil dalam menyiapkan alat penampung (vagina buatan) dan terampil dalam menampung semen
- Evaluasi kualitas semen : gerakan massa, motilitas, LD dan konsentrasi. Hanya yang kualitas baik yang dapat diproses lebih lanjut.
- Pengenceran dan pengawetan
- Pengawetan : semen beku atau semen cair (chilled semen)





A.  Waktu Melakukan Inseminasi Buatan (IB)
Pada waktu di Inseminasi Buatan (IB) ternak harus dalam keadaan birahi, karena pada saat itu liang leher rahim (servix) pada posisi yang terbuka. Kemungkinan terjadinya konsepsi (kebuntingan) bila diinseminasi pada periode-periode tertentu dari birahi telah dihitung oleh para ahli, perkiraannya adalah :
- permulaan birahi : 44%
- pertengahan birahi : 82%
- akhir birahi : 75%
- 6 jam sesudah birahi : 62,5%
- 12 jam sesudah birahi : 32,5%
- 18 jam sesudah birahi : 28%
- 24 jam sesudah birahi : 12% Faktor - Faktor Penyebab Rendahnya Kebuntingan
a. Faktor - faktor yang menyebabkan rendahnya prosentase kebuntingan
-  Fertilitas dan kualitas mani beku yang jelek / rendah;
-  Inseminator kurang / tidak terampil;
-  Petani / peternak tidak / kurang terampil mendeteksi birahi;
-  Pelaporan yang terlambat dan / atau pelayanan Inseminator yang lamban;
- Kemungkinan adanya gangguan reproduksi / kesehatan sapi betina.
Jelaslah disini bahwa faktor yang paling penting adalah mendeteksi birahi, karena tanda-tanda birahi sering terjadi pada malam hari. Oleh karena itu petani diharapkan dapat memonitor kejadian birahi dengan baik dengan cara:
- Mencatat siklus birahi semua sapi betinanya (dara dan dewasa);
Petugas IB harus mensosialisasikan cara-cara mendeteksi tanda-tanda birahi. Salah satu cara yang sederhana dan murah untuk membantu petani untuk mendeteksi birahi, adalah dengan memberi cat diatas ekor, bila sapi betina minta kawin (birahi) cat akan kotor / pudar / menghilang karena gesekan akibat dinaiki oleh betina yang lain.
b. Cara apikasi hormon untuk penyerentakkan birahi adalah sebagai berikut :
- Laksanakan penyuntikan hormon pertama, pastikan bahwa :Sapi betina resipien harus dalam keadaan sehat dan tidak kurus (kaheksia);
- Sapi tidak dalam keadaan bunting, bila sapi sedang bunting dan penyerentakkan birahi dilakukan maka keguguran akan terjadi.
- Laksanakan penyuntikan hormon kedua dengan selang 11 hari setelah penyuntikan pertama; Birahi akan terjadi 2 sampai 4 hari setelah penyuntikan kedua.

Prosedur Inseminasi Buatan adalah sebagai berikut:






-    Sebelum melaksanakan prosedur Inseminasi Buatan (IB) maka semen harus dicairkan (thawing) terlebih dahulu dengan mengeluarkan semen beku dari nitrogen cair dan memasukkannya dalam air hangat atau meletakkannya dibawah air yang mengalir. Suhu untuk thawing yang baik adalah 37oC. Jadi semen/straw tersebut dimasukkan dalam  air dengan suhu badan 37 oC, selama 7-18 detik.
-   Setelah dithawing, straw dikeluarkan dari air kemudian dikeringkan dengan tissue. Kemudian straw dimasukkan dalam gun, dan ujung yang mencuat dipotong dengan menggunakan gunting bersih
-  Setelah itu Plastic sheath dimasukkan pada gun yang sudah berisi semen beku/straw
-    Sapi dipersiapkan (dimasukkan) dalam kandang jepit, ekor diikat
-   Petugas Inseminasi Buatan (IB) memakai sarung tangan (glove) pada tangan yang akan dimasukkan ke dalam rektum
-  Tangan petugas Inseminasi Buatan (IB) dimasukkan ke rektum, hingga dapat menjangkau dan memegang leher rahim (servix), apabila dalam rektum banyak kotoran harus dikeluarkan lebih dahulu
- Semen disuntikkan/disemprotkan pada badan uterus yaitu pada daerah yang disebut dengan 'posisi ke empat'.
-  Setelah semua prosedur tersebut dilaksanakan maka keluarkanlah gun  dari uterus dan servix dengan perlahan-lahan.



Senin, 12 November 2018

BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LAHAN KERING
 By. Elis Passoyo, S.Pt

1. Syarat Tumbuh
·        Bawang merah tumbuh dengan di dataran rendah hingga dataran tinggi pada sekitar 1000 dpl
·        Hasil produksi terbaik pada dataran rendah dengan iklim 25-32 °C , dengan penyinaran 75%
·        Persyaratan tanah : gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik
·        Jenis tanah yang paling bagus yaitu lempung berpasir atau lempung berdebu
·        pH tanah 5-5 -6,5
·        drainase dan aerasi tanah diusahakan yang bagus
Syarat tumbuh yang sipendik sampaikan di atas tidaklah mutlak, namun Anda dapat mengkondisikan sesuai dengan wilayah Anda masing – masing.

2. Pengolahan Tanah Kering
    
·        Pupuk kandang disebarkan di lahan dengan dosis 0,5-1 ton/ 1000 m2
·        Diolah kemudian digaru (biarkan + 1 minggu)
·        Dibuat bedengan dengan lebar 120 -180 cm
·    Diantara bedengan pertanaman dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40-50 cm dan kedalaman 50 cm.
·     Apabila pH tanah kurang dari 5,6 diberi Dolomit/kapur pertanian dosis + 1,5 ton/ha disebarkan di atas bedengan dan diaduk rata dengan tanah lalu biarkan 2 minggu.
·        Untuk mencegah serangan penyakit layu taburkan GLIO 100 gr (1 bungkus GLIO) dicampur 25-50 kg pupuk kandang matang, diamkan 1 minggu lalu taburkan merata di atas bedengan.
3. Pupuk dasar
·        Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-15 kg ZA + 15-25 kg SP-36 secara merata diatas bedengan dan diaduk rata dengan tanah.
·        Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata dengan tanah di bedengan.
4. Pemilihan Bibit
Sebelum Anda menanam bibit, sebaiknya tanah sudah disiram terlebih dahulu, kalau diperlukan buatlah atap yang bisa mengayomi bibit bawang merah dan panas yang terik atau hujan.
Untuk syarat pemilihan bibit seperti berikut ini ;
·        Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi.
·        Umbi bibit yang baik yang telah disimpan 2-3 bulan dan umbi masih dalam ikatan (umbi masih ada daunnya)
·        Umbi bibit harus sehat, ditandai dengan bentuk umbi yang kompak (tidak keropos), kulit umbi tidak luka (tidak terkelupas atau berkilau)
·        Atau anda bisa menguunakan bibit dari biji yang sudah terbukti bebas penyakit layu dan bersertifikat dari deptan. Sebagai solusi dari mahalnya bibit umbi untuk kebutuhan per hektarnya.
5. Masa Tanam
A.  Jarak Tanam
·           Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
·           Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
B.  Cara Tanam
·           Umbi bibit direndam dulu dalam air selama ± 5 menit
·           Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam air tadi
·           Simpan selama 2 hari sebelum tanam
·           Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.

 6. Pemupukan
Dalam budidaya bawang merah kita menggunakan 2 bentuk pupuk ;
·        Pupuk dasar yaitu pupuk  kandang bisa sapi atau kambing 15-20 ton/ha atau kotoran ayam 5-6 ton/ha atau kompos 2,5 ton/ha.  Pupuk buatan juga diperlukan TSP 150-200 kg/hektar. Langkah-langkah memberikan pupuk dasar yaitu dengan menyebar dan mengaduk rata dengan tanah 1-3 hari sebelum tanam.
·        Pupuk susulan yaitu berupa urea 150kg/ha, Za 300 kg/ha, dan KCL 150/ha. Pemupukan susulan yang pertama dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan pemupukan susulan kedua yaitu pada umur 1 bulan setelah tanam dengan 1/2 dosis.
7. Penyiraman dan Penyiangan
Yang perlu diingat bahwa bawang merah memerlukan banyak air, namun dia tidak tahan terhadap genangan atau tanah yang becek.  Penyiraman sebaiknya dilakukan menggunakan gembor.  Untuk tanaman berumur 0 -10 hari, penyiraman dilakukan 2 (dua) kali yakni pagi dan sore hari, sedangkan sesudah umur tersebut penyiraman cukup dilakukan sekali sehari (sebaiknya dilakukan pada pagi hari.  Cara penyiraman lainnya yakni cara ”leb” (memasukkan air ke bedengan hingga merata) digunakan di lahan persawahan, untuk lahan kering tetap dengan gembor atau selang.  Apabila digunakan cara ini (”leb”), sebaiknya dilakukan setelah tanaman berumur lebih dari 10 hari.  Pengairan secara ”leb” dapat dilakukan setiap 3 -4 hari sekali.  Penyiangan pada budidaya bawang merah sebaiknya dilakukan 2 kali yakni pada saat tanaman berumur 10 -15 hari dan 28 – 35 hari (sebelum pemupukan susulan).  Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma di sekitar tanaman.

8. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama-hama penting pada budidaya bawang merah serta cara pengendaliannya adalah sebagai berikut.
·        Ulat daun bawang (Spodoptera exiqua). Gejala serangan : pada daun yang terserang terlihat bercak putih transparan. Hal ini karena ulat menggerek daun dan masuk ke dalamnya sehingga merusak jaringan daun sebelah dalam sehingga kadang-kadang daun terkulai. Cara pengendalian : rotasi tanaman, waktu tanam serempak, atau dengan pengendalian secara kimiawi yaitu menggunakan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
·        Trips (Trips tabaci Lind.). Gejala serangan : terdapat bintik-bintik keputihan pada helai daun yang diserang, yang akhirnya daun menjadi kering. Serangan biasanya terjadi pada musim kemarau. Cara pengendalian : mengatur waktu tanam yang tepat, atau secara kimiawi yakni dengan penyemprotan Curacron 50 EC, Diasinon 60 EC, atau Bayrusil 35 EC.
·  Ulat tanah (Agrotis epsilon). Pengendalian dilakukan secara manual yakni dengan mengumpulkan ulat ulat pada sore/senja hari di antara pertanaman serta menjaga kebersihan areal pertanaman.
·        Penyakit bercak ungu atau trotol (Alternaria porri). Gejala serangan : pada daun yang terserang (umumnya daun tua) terdapat bercak keputih-putihan dan agak mengendap, lama kelamaan berwarna ungu berbentuk oval, keabu-abuan dan bertepung hitam. Serangan umumnya terjadi pada musim hujan. Cara pengendalian : rotasi tanaman, melakukan penyemprotan setelah hujan dengan air untuk mengurangi spora yang menempel pada daun. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan fungisida, antara lain Antracol 70 WP, Ditane M-45, Deconil 75 WP, atau Difolatan 4 F.
·        Nematoda akar (Ditylenchus dispaci). Gejala seranga : tanaman kerdil dan tidk mampu membentuk umbi. Cara pengendalian : pemberian Furadan 3G sebanyak 20-80 kg per hektar.
9. Panen dan PascaPanen
Panen dilakukan apabila tanaman telah berumur 65-75 hari setelah tanam. Tanaman yang telah siap dipanen memiliki ciri-ciri :
·        Tanaman telah cukup tua, dengan hampir 60-90% batang telah lemas dan daun menguning
·        Umbi lapis terlihat padat berisi dan sebagian tersembul di permukaan tanah
·        Warna kulit umbi mengkilat atau memerah
·        Panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman bersama daunnya dan diusahakan agar tanah yang menempel pada umbi dibersihkan. Biarkan umbi beberapa jam pada bedengan, kemudian diikat (1-1,5 kg/ikat)
·        Umbi yang telah diikat dijemur dengan posisi daun berada di atas (selama 5-7 hari). Setelah daun kering, ikatan diperbesar dengan menyatukan 3-4 ikatan kecil menggunakan tali bambu. Selanjutnya ikatan dijemur kembali dengan posisi umbi di atas (selama 2-3 hari),
Bila umbi telah kering, umbi siap disimpan di gudang atau di para-para.atau dilakukan pengasapan agar tidak mudah busuk dan tahan lama.