Rabu, 03 November 2021

 

BUBUR CALIFORNIA

 

Bahan :

·         Belerang 1 kg

·         Kapur  2 kg

·         Air 10 L

Alat :

·         Baskom

·         Kaleng cat

·         Kompor

·         Pengaduk kayu

·         Jerigen/botol

 

Cara Membuat :

1.     Tumbuk halus belerang sampai seperti tepung

2.     Larutkan kapur  dan belerang di dalam baskom dengan air sebanyak 5 liter

3.     Masukkan air 5 liter ke dalam kaleng kemudian panaskan di atas kompor sampai hangat kuku

4.     Setelah air di dalam kaleng hangat, kemudian masukkan belerang dan kapur yang telah di larutkan dengan air  dalam baskom untuk dipanaskan

5.     Selama memanaskan campuran belerang dan kapur  tersebut hendaknya di aduk menggunakan pengaduk kayu supaya tidak terjadi endapan

6.     Dipanaskan sampai mendidih dan warnanya berubah menjadi hampir kemerahan seperti teh

7.     Setelah berubah warna campuran belerang dan kapur  tersebut, kemudian didinginkan selama 24 jam supaya terjadi endapan dan didapatkan cairan bening berwarna kemerahan seperti teh di bagian atas

8.    Setelah dingin dan terjadi endapan, selanjutnya ambil cairan di bagian atas yang berwarna kemerahan seperti teh tersebut dan masukkan ke dalam jerigen/botol. Perlu diingat jangan sampai tercampur dengan bagian kasar endapan tersebut

 

CARA APLIKASI :

 

A. Aplikasi Pelaburan Batang

  1. Batang pohon/tanaman yang akan diaplikasi dibersihkan. Bubur california diaduk agar tercampur merata.
  2. Bubur California dicat/diulaskan ke batang tanaman. Lakukan pada saat hari sedang tidak hujan. Perlakuan bisa diberikan dua kali setahun (pada awal dan akhir musim hujan)

B. Semprot ke Daun

  1. Aplikasi ke daun digunakan untuk pengendalian jamur yang menyerang daun.
  2. Bubur California yang mengendap, ambil bagian atas yang jernih. Satu liter diencerkan dengan 14 liter air. Semprotkan secara merata ke daun tanaman.

Senin, 04 Oktober 2021

PETUNJUK TEKNIS

 BUDIDAYA TANAMAN PARE

 Oleh : Elis Passoyo, S.Pt

 I.   PENDAHULUAN

A.  SYARAT TUMBUH

Pare mudah tumbuh di mana saja. Pare dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1-1.500 m dpl. Tanah yang cenderung asam justru disukainya sehingga tidak perlu dilakukan pengapuran. Pare dapat tumbuh optimal pada pH tanah 5-6.  Bila derajat keasamannya dibawah 5, tanaman pare juga masih dapat tumbuh baik.  Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapattumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.

B.  PENANAMAN

Pare ditanam di atas gulatan-gulatan dengan ukuran lebar 1,5-2,5 m, sedang panjang menurut lahan yang tersedia. Jarak tanam 1×m dengan sedikit tanah. Setelah tumbuh 2-3 daun, baru diberi ajir (tutus) sebagai rambatan (dibuat dari bambu).

C.  PEMELIHARAAN

Tanaman pare yang berumur 2-3 minggu perlu diberi rambatan. Setiaptanaman diberi bambu. Keempat ujung bambu disambung dengan bambu lain. Tinggi parapara bambu ini sekitar 2 m. Tinggi dan model para-para biasa dimodifikasi sendiri untuk luasan pertanaman yang bcrbeda.

D.  PENYULAMAN

Biji yang tidak tumbuh segera disulam agar tidak terlalu jauh pertumbuhannya dari tanaman terdahulu. Sulaman dapat dengan biji atau bibit.

E.  PENYIANGAN

Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut atau mengored rumput-rumput liar yang tumbuh di areal penanaman. Karena jarak tanam yang digunakan tergolong lebar, maka gulma akan lebih banyak tumbuh. Itulah sebabnya penyiangan harus rutin, paling tidak seminggu sekali.  Sambil melakukan

pencabutan rumput lakukan pula pendangiran. Tanah di sekitar pertanaman dibalik dan dikored agar gembur.

F.  PEMANGKASAN

Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3 minggu. Cabang-cabang dipotong dan diarahkan agar tunasnya tumbuh menyebar.  Cabang yang menyebar penting untuk produksi buah yang banyak dan merata di setiap percabangan.  Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah, atau terkena serangan penyakit.

 

G.  PEMUPUKAN

Pemupukan Tanaman pare perlu dipupuk agar mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diperlukan tak hanya pupuk organik, melainkan juga anorganik.   Pupuk kandang sebagai pupuk organik diberikan saat pengolahan tanah sebanyak 10-15 ton/ha.  Selain itu tambahkan pupuk NPK (diberikan setelah tanaman tumbuh), sebanyak 20 g/lubang tanam atau sekitar 170-200 kg/ha. 

H.   PEMBUNGKUSAN BUAH

Untuk melindungi buah dari serangan lalat buah, buah pare perlu dibungkus dengan kertas koran, plastik tipis, atau plastik hitam. Pembungkusan dilakukan sejak buah masih kecil.  Pembungkusan pare muda dilakukan untuk menjaga kualitas buah, terutama sebagai upaya melindungi buah pare dari serangan lalat buah atau serangga lainnya.  Bila terlambat dilakukan, dapat mengurangi kualitas buah yang dihasilkan.  Sebagai pembungkus pare, dapat digunakan dedaunan, kertas koran, plastik tipis, ataupun bahan pembungkus lain.  Penutup buah dibiarkan hingga tiba masa panen.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.HAMA DAN PENYAKIT

 

A.  HAMA

1.    Hama oteng-oteng atau lembing (Epilachna sparsa) sering menghabiskan

daun pare. Hama tersebut dapat daun menghabiskan daun hingga yang tersisa tulang daun beserta jalur-jalur kecil mesofilnya sehingga daun menjadi kering kecokelatan. Bila ini dibiarkan, produksi buah bisa berkurang.  Pengendalian dengan menggunakan peptisida.

2.   Siput juga dapat menyerang tanaman pare. Tanaman terkoyak-koyak dan

rusak. Bila tanaman masih kecil, serangan siput bisa mematikan.  Pengendalian dengan menggunakan insektisida.

3.   Lalat buah dapat menyerang buah pare, sehingga mutunya rendah/busuk. Pengendalian dapat dengan membungkus buah data kertas koran atau plastik.

B.  PENYAKIT

Penyakit embun bulu. Daun yang terserang menunjukkan gejala bercak-bercak kuning di bagian atas daun, bagian bawahnya terdapat bulu-bulu berwarna ungu. Penyebabnya adalah jamur Pseudoperonospora cubensis. Serangan hebat dapat menurunkan produksi bahkan mematikan tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian fungisida.

 

 

 

 

 

III.PANEN DAN PASCA PANEN

 

Pare yang sudah siap untuk dikonsumsi dapat langsung dipanen. Biasanya panen pertama dilakukan 2 bulan setelah tanam. Ciri-ciri pare yang tepat untuk dikonsumsi ialah belum tua benar, bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat, dan alumya belum melebar. Ukuran panjang pare gajih yang layak dikonsumsi sekitar 25-30 cm dan pare hijau 15-20 cm.  Pemetikan dilakukan dengan memotong buah diatas pembngkus dengan pisau atau gunting.  Pemetikan pare sebaiknya tidak dengan tangan. Pohon sering ikut tertarik bila dilakukan dengan cara demikian. Sebaiknya pemetikan buah dilakukan dengan pisau atau alat potong lainnya yang tajam. Buah pare gampang lecet sehingga dapat mempengaruhi kualitasnya. Untuk itu, pare disusun tanpa terlalu banyak tumpukan. Hindari pemuatan dalam wadah yang memungkinkan banyak terjadi gesekan. Usahakan selama dalam pengangkutan buah pare tidak terguncang-guncang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dilla. 2008. Khasiat Dalam Pahit Pare. http://sehat.suaramerdeka.com. [11 Desember 2008]

 

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. 1996. Usaha Tani Tanaman Pare.

 

Ipteknet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92 [11 Desember 2008]

 

Ipteknet. 2005. Pare. http://www.iptek.net.id. [11 Desember 2008]

 

Sianturi. G. 2002. Melawan Wabah Diabetes Dunia dengan Buah Pare. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1025597117,76900,

[11 Desember 2008]

 

  

 TANAMAN PORANG

Oleh : Elis Passoyo, S.Pt


I.          PENDAHULUAN

 

Tanaman porang menjadi perbincangan beberapa waktu terakhir. Pasalnya tanaman yang satu ini disebut-sebut mampu menghasilkan keuntungan berlipat ganda.  Tanaman porang menjadi perbincangan setelah Paidi seorang pria asal  Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun yang berprofesi sebagai seorang pemulung menjadi seorang miliarder setelah membudidayakan tanaman porang.

Tanaman porang atau nama lainnya Iles-iles mempunyai nama latin Amorphophallus muelleri merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan, anggota marga Amorphophallus.

TAKSONOMI DAN PENYEBARAN

Tumbuhan porang termasuk ke dalam familia Araceae (talas-talasan) dan tergolong genus Amorphophallus. Di Indonesia, ditemukan beberapa spesies yaitu A. Campanulatus, A. oncophyllus,A. variabilis, A. spectabilis, A. decussilvae, A. muellleri dan beberapa jenis lainnya (Koswara 2013). Taksonomi porang menurut Tjitrosoepomo (2002) dalam Dawam (2010) :

Regnum           : Plantae

Sub Regnum   : Tracheobionta

Super Divisio : Spermatophyta

Divisio            : Magnoliophyta

Class               : Liliopsida

Sub Class        : Arecidae

Ordo                : Arales

Familia            : Araceae

Genus              : Amorphophallus

Species            : Amorphophallus oncophyllus Prain

Tumbuhan porang (Amorphophallus oncophyllus Prain) sinonim dengan Amorphophallus muelleri Blume dan Amorphophallus blumei Scott (Sumarwoto 2005). Porang dikenal dengan beberapa nama lokal, tergantung pada daerah asalnya seperti acung atau acoan oray (Sunda), kajrong (Nganjuk) (Dewanto dan Purnomo 2009).

MORFOLOGI

Tumbuhan porang mempunyai batang tegak, lunak, halus berwarna hijau atau hitam dengan bercak putih. Batang tunggal (sering disebut batang semu) memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah menjadi tangkai daun. Perkembangan morfologinya berupa daun tunggal menjari dengan ditopang oleh satu tangkai daun yang bulat. Pada tangkai daun akan keluar beberapa umbi batang sesuai musim tumbuh (Sumarwoto 2005). Helaian daun memanjang dengan ukuran antara 60 -200 cm dengan tulang-tulang daun yang kecil terlihat jelas pada permukaan bawah daun. Panjang tangkai daun antara 40 -180 cm dengan daun-daun yang lebih tua berada pada pucuk di antara tiga segmen tangkai daun (Ganjari 2014).

1.     
Manfaat tanaman porang

 Tanaman porang atau nama lainnya Iles-iles mempunyai nama latin Amorphophallus muelleri merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan, anggota marga Amorphophallus.

Tanaman porang (amorphophallus muelleri) merupakan tanaman umbi-umbian yang disebut-sebut memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini masih sekerabat dengan suweg, karenanya memiliki penampilan serupa.  Bukan itu saja, tanaman porang juga merupakan komoditas ekspor bernilai ekonomi tinggi. Di luar negeri, porang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan aneka makanan. Di antaranya mie shirataki, beras analog (beras nonpadi), agar-agar konyaku, dan tahu.  Porang juga berguna di industri dirgantara, yakni sebagai bahan baku lem perekat untuk pesawat. Kemudian, serat dari batangnya untuk membuat baju. Ada lagi, glukomanan yang terkandung dalam porang merupakan bahan baku pembuatan kapsul.

Tepung iles-iles juga bermanfaat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik.  Iles-iles sebagai serat pangan dalam jumlah besar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah, dan kencing manis.

 

 

 

 

 

 

 

 

II.        CARA PERKEMBANGBIAKAN TANAMAN PORANG

 

Perkembangbiakan tanaman porang dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif. Secara umum, teknik perkembangbiakan porang dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :

  1. Perkembangbiakan dengan Bintil atau Katak. Katak adalah bintil berwarna coklat kehitaman yang muncul pada pangkal atau tangkai daun tanaman porang. Dalam 1 kg katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak dikumpulkan pada masa panen, kemudian disimpan hingga memasuki musim penghujan untuk langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
  2. Perkembangbiakan dengan Biji atau Buah Setiap kurun waktu empat tahun, tanaman porang akan menghasilkan bunga yang akan menjadi buah atau biji. Satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
  3. Perkembangbiakan dengan Umbi. Untuk umbi yang berukuran kecil, diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit. Untuk umbi yang berukuran besar, umbi dipecah-pecah sesuai ukuran yang diinginkan selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.

Pertumbuhan vegetatif tanaman porang berlangsung selama musim penghujan, dan mengalami dormansi pada musim kemarau. Apabila tanaman telah tua/masak, daun dan batang tanaman menjadi kering dan mati. Di Jawa, dari bibit yang ditanam pada awal musim hujan (sekitar bulan November), tumbuh satu batang helai daun yang terus berkembang dengan memanfaatkan persediaan makanan dari ubi yang digunakan sebagai bibit. Selama musim hujan tumbuh ubi baru yang  lebih besar dibandingkan bibit awal. Pada awal kemarau (Mei – Juni),daun mengering dan mati dan ubi memasuki masa dormansi hingga 5-6 bulan. Hingga pada bulan November, ubi tumbuh kembali memasuki siklus pertumbuhan kedua.

Pada umur 3-4 tahun, pertumbuhan ubi sudah cukup besar (2-3kg), muncul bunga (tidak lagi daun), dimana pada bulan Mei bijinya telah masak namun masih dormansi selama 5-6 bulan hingga pada awal November biji tersebut siap disemai. Selama pertumbuhan dari bulan November-Mei, benih telah tumbuh tinggi lebih kurang 10 cm, mempunyai satu daun dan ubi sebagai persediaan makanan mempunyai diameter 1-2 cm, dan berat 5-10 g. Pada bulan Mei,  daunnya akan mati dan kembali tumbuh daun pada bulan November hingga mencapai tinggi 30 cm, mempunyai beberapa bulbil /katak kecil, dan ukuran ubi mencapai diameter 8 cm dan berat 300 g. Pada bulan Mei, daun tanaman kembali mati dan ubi bertunas kembali pada bulan November dan tumbuh hingga tinggi 1 m, menghasilkan beberapa bulbil/katak berukuran sebesar ubi tanaman berumur 1 tahun. Ukuran ubi pada saat itu telah mencapai diameter 20-25 cm dengan berat 2-3 kg.   Pada musim berikutnya tumbuh bunga kembali dan menghasilkan biji.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

III.      TEKNIS BUDIDAYA TANAMAN PORANG

 

A.       Syarat Tumbuh Tanaman Porang

Tanaman porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja. Namun untuk mendapatkan hasil yang baik, maka siapkan tanah yang gembur dan subur serta tidak tergenang air. Selain itu, pastikan keasaman tanah berada pada pH 6 – 7. Tanaman porang memerlukan naungan agar pertumbuhannya baik.  Tingkat kerapatan naungan minimal 40 %. Naungan yang cocok untuk tanaman porang adalah pepohonan jenis jati, mahoni, dan sono. Tanaman porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh. Tanaman tersebut dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 mdpl. Tetapi ketinggian yang paling baik untuk budidaya porang adalah pada ketinggian 100 – 600 mdpl.

B.        Persiapan Lahan Budidaya Porang

Lokasi terbaik untuk budidaya porang adalah di bawah naungan pepohonan. Namun, di lahan terbuka pun porang bisa tumbuh dengan baik dan normal asalkan diberi naungan seperti paranet agar intensitas sinar matahari tidak terlalu berlebih. Adapun persiapan lahan porang yang harus dulur-dulur lakukan adalah sebagai berikut,

  1. Bersihkan lahan yang akan digunakan dari gulma dan sisa tanaman
  2. Setiap 4 Ha dijadikan 1 blok dan dibuat jalan pemeriksaan selebar 2 m sebagai batas balok
  3. Pemasangan ajir dengan jarak 1 m x 1 m baik untuk umbi maupun untuk katak
  4. Buat jalur menggunakan cangkul selebar 0,5 m, untuk bibit yang menggunakan katak yang ditanam pada jalur yang sudah dicangkul.
  5. Pembuatan lubang tanam untuk bibit yang menggunakan umbi dengan ukuran lubang sekitar 20x20x20 cm.
  6. Pemberian pupuk dasar dilakukan sebelum umbi ditanam dengan pupuk bokashi sebanyak 0,5 kg/lubang yang dicampur dengn top soil, sedangkan untuk katak pupuk bokashi dicampur pada tanah sekitar ajir.

C.        Cara Menanam Porang

Tanaman porang paling baik ditanam ketika musim hujan, yaitu sekitar bulan November – Desember.  Tahap penanaman porang sebagai berikut :

  1. Bibit yang telah dipilih dimasukkan satu per satu ke dalam lubang tanam dengan letak bakal tunas menghadap ke atas
  2. Untuk setiap lubang tanam diisi 1 bibit porang dengan jarak tanam 1 m x 1 m
  3. Tutup lubang tanam dengan tanah setebal 3 cm

4.        Pemeliharaan Dalam Budidaya Porang

Untuk mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, dapat dilakukan perawatan yang intensif dengan cara penyiangan gulma. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan gulma yang dapat menjadi pesaing tanaman porang dalam hal kebutuhan air dan unsur hara. Penyiangan sebaiknya dilakukan sebulan setelah umbi porang ditanam. Penyiangan berikutnya dilakukan saat ada gulma yang muncul.  Gulma yang sudah di siang lalu ditimbun di dalam lubang untuk dijadikan pupuk organik.

5.        Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Porang

Hama yang ditemukan menyerang tanaman porang adalah belalang, ulat makasar orketti, ulat umbi araechenes dan nematoda. Sedangkan penyakit umum porang adalah: busuk batang semu layu daun oleh jamur Sclerotium sp, Rhyzoctonia sp, Cercosporasp.   Pengendalian nematoda jenis Heterodera sering menyerang umbi porang dapat menggunakan Carbofuran, sedangkan pengendalian penyakit dapat gunakan fungisida Ridomil dan Benlate, dan pengendalian hama dapat gunakan Basudin dan Thiodan. Hama besar seperti babi hutan, landak atau tikus tidak perlu dicemaskan, karena umbi porang banyak mengandung kalsium oksalat yang menyebabkan muntah, gatal pada lidah dan kerongkongan bila bagian tanaman dimakan mentah.

6.    Tahap Panen Porang

Tanaman porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umurnya mencapai 2 tahun. Umbi yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 1 kg/umbi, sedangkan umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya. Setelah itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya.

Ciri-ciri porang yang siap panen adalah jika daunnya telah kering dan jatuh ke tanah. Satu pohon porang bisa menghasilkan umbi sekitar 2 kg dan dari sekitar 40 ribu tanaman dalam satu hektar bisa dipanen 80 ton umbi pada periode pemanenan tahun kedua. Setelah umbi dipanen kemudian dibersihkan dari tanah dan akar, umbi kemudian dipotong lalu dijemur, memotong umbi tersebut harus benar karena menentukan kualitas porang yang dihasilkan Untuk dapat mengetahui cara budidaya porang secara tepat

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Budidaya%20Tanaman/cara-budidaya-porang

 

https://tgc.lk.ipb.ac.id/2020/07/01/perkembangbiakan-vegetatif-porang/

https://tirto.id/mengenal-tanaman-porang-manfaat-harga-budidaya-nilai-bisnis-ekCF