PETUNJUK
TEKNIS
BUDIDAYA TANAMAN PARE
Oleh : Elis Passoyo, S.Pt
I. PENDAHULUAN
A. SYARAT TUMBUH
Pare mudah tumbuh di
mana saja. Pare dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1-1.500 m dpl. Tanah
yang cenderung asam justru disukainya sehingga tidak perlu dilakukan
pengapuran. Pare dapat tumbuh optimal pada pH tanah 5-6. Bila derajat keasamannya dibawah 5, tanaman
pare juga masih dapat tumbuh baik.
Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapattumbuh
subur di tempat-tempat yang agak terlindung.
B.
PENANAMAN
Pare ditanam di atas gulatan-gulatan dengan
ukuran lebar 1,5-2,5 m, sedang panjang menurut lahan yang tersedia. Jarak tanam
1×m dengan sedikit tanah. Setelah tumbuh 2-3 daun, baru diberi ajir (tutus)
sebagai rambatan (dibuat dari bambu).
C.
PEMELIHARAAN
Tanaman pare yang
berumur 2-3 minggu perlu diberi rambatan. Setiaptanaman diberi bambu. Keempat
ujung bambu disambung dengan bambu lain. Tinggi parapara bambu ini sekitar 2 m.
Tinggi dan model para-para biasa dimodifikasi sendiri untuk luasan pertanaman
yang bcrbeda.
Biji yang tidak tumbuh segera disulam agar tidak
terlalu jauh pertumbuhannya dari tanaman terdahulu. Sulaman dapat dengan biji
atau bibit.
E. PENYIANGAN
Penyiangan gulma
dilakukan dengan mencabut atau mengored rumput-rumput liar yang tumbuh di areal
penanaman. Karena jarak tanam yang digunakan tergolong lebar, maka gulma akan
lebih banyak tumbuh. Itulah sebabnya penyiangan harus rutin, paling tidak
seminggu sekali. Sambil melakukan
pencabutan rumput lakukan pula
pendangiran. Tanah di sekitar pertanaman dibalik dan dikored agar gembur.
F. PEMANGKASAN
Pemangkasan tanaman
pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3 minggu. Cabang-cabang
dipotong dan diarahkan agar tunasnya tumbuh menyebar. Cabang yang menyebar penting untuk produksi
buah yang banyak dan merata di setiap percabangan. Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman
berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong.
Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah, atau
terkena serangan penyakit.
G.
PEMUPUKAN
Pemupukan Tanaman pare
perlu dipupuk agar mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diperlukan
tak hanya pupuk organik, melainkan juga anorganik. Pupuk kandang sebagai pupuk organik
diberikan saat pengolahan tanah sebanyak 10-15 ton/ha. Selain itu tambahkan pupuk NPK (diberikan setelah tanaman tumbuh), sebanyak 20 g/lubang tanam atau sekitar
170-200 kg/ha.
H.
PEMBUNGKUSAN BUAH
Untuk melindungi buah dari serangan lalat buah, buah pare perlu
dibungkus dengan kertas koran, plastik tipis, atau plastik hitam. Pembungkusan
dilakukan sejak buah masih kecil. Pembungkusan
pare muda dilakukan untuk menjaga kualitas buah, terutama sebagai upaya
melindungi buah pare dari serangan lalat buah atau serangga lainnya. Bila terlambat dilakukan, dapat mengurangi
kualitas buah yang dihasilkan. Sebagai
pembungkus pare, dapat digunakan dedaunan, kertas koran, plastik tipis, ataupun
bahan pembungkus lain. Penutup buah
dibiarkan hingga tiba masa panen.
II.HAMA DAN PENYAKIT
A. HAMA
1.
Hama
oteng-oteng atau lembing (Epilachna
sparsa) sering menghabiskan
daun
pare. Hama tersebut dapat daun menghabiskan daun hingga yang tersisa tulang
daun beserta jalur-jalur kecil mesofilnya sehingga daun menjadi kering
kecokelatan. Bila ini dibiarkan, produksi buah bisa berkurang. Pengendalian dengan menggunakan peptisida.
2.
Siput juga
dapat menyerang tanaman pare. Tanaman terkoyak-koyak dan
rusak.
Bila tanaman masih kecil, serangan siput bisa mematikan. Pengendalian dengan menggunakan insektisida.
3.
Lalat buah dapat menyerang buah pare, sehingga mutunya rendah/busuk.
Pengendalian dapat dengan membungkus buah data kertas koran atau plastik.
B. PENYAKIT
Penyakit
embun bulu. Daun yang terserang menunjukkan gejala bercak-bercak kuning di
bagian atas daun, bagian bawahnya terdapat bulu-bulu berwarna ungu. Penyebabnya
adalah jamur Pseudoperonospora
cubensis. Serangan hebat dapat
menurunkan produksi bahkan mematikan tanaman. Pengendalian dapat dilakukan
dengan pemberian fungisida.
III.PANEN DAN PASCA
PANEN
Pare yang sudah siap
untuk dikonsumsi dapat langsung dipanen. Biasanya panen pertama dilakukan 2
bulan setelah tanam. Ciri-ciri pare yang tepat untuk dikonsumsi ialah belum tua
benar, bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat, dan alumya belum melebar.
Ukuran panjang pare gajih yang layak dikonsumsi sekitar 25-30 cm dan pare hijau
15-20 cm. Pemetikan dilakukan dengan memotong buah diatas pembngkus
dengan pisau atau gunting.
Pemetikan pare sebaiknya tidak dengan
tangan. Pohon sering ikut tertarik bila dilakukan dengan cara demikian.
Sebaiknya pemetikan buah dilakukan dengan pisau atau alat potong lainnya yang
tajam. Buah pare gampang lecet sehingga dapat mempengaruhi kualitasnya. Untuk
itu, pare disusun tanpa terlalu banyak tumpukan. Hindari pemuatan dalam wadah
yang memungkinkan banyak terjadi gesekan. Usahakan selama dalam pengangkutan
buah pare tidak terguncang-guncang.
DAFTAR PUSTAKA
Dilla. 2008. Khasiat Dalam Pahit Pare. http://sehat.suaramerdeka.com.
[11 Desember 2008]
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. 1996.
Usaha Tani Tanaman Pare.
Ipteknet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92 [11 Desember 2008]
Ipteknet. 2005. Pare. http://www.iptek.net.id. [11 Desember 2008]
Sianturi. G. 2002. Melawan Wabah Diabetes Dunia dengan Buah Pare. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1025597117,76900,
[11 Desember 2008]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar