Senin, 04 Oktober 2021

PETUNJUK TEKNIS

 BUDIDAYA TANAMAN PARE

 Oleh : Elis Passoyo, S.Pt

 I.   PENDAHULUAN

A.  SYARAT TUMBUH

Pare mudah tumbuh di mana saja. Pare dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1-1.500 m dpl. Tanah yang cenderung asam justru disukainya sehingga tidak perlu dilakukan pengapuran. Pare dapat tumbuh optimal pada pH tanah 5-6.  Bila derajat keasamannya dibawah 5, tanaman pare juga masih dapat tumbuh baik.  Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapattumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.

B.  PENANAMAN

Pare ditanam di atas gulatan-gulatan dengan ukuran lebar 1,5-2,5 m, sedang panjang menurut lahan yang tersedia. Jarak tanam 1×m dengan sedikit tanah. Setelah tumbuh 2-3 daun, baru diberi ajir (tutus) sebagai rambatan (dibuat dari bambu).

C.  PEMELIHARAAN

Tanaman pare yang berumur 2-3 minggu perlu diberi rambatan. Setiaptanaman diberi bambu. Keempat ujung bambu disambung dengan bambu lain. Tinggi parapara bambu ini sekitar 2 m. Tinggi dan model para-para biasa dimodifikasi sendiri untuk luasan pertanaman yang bcrbeda.

D.  PENYULAMAN

Biji yang tidak tumbuh segera disulam agar tidak terlalu jauh pertumbuhannya dari tanaman terdahulu. Sulaman dapat dengan biji atau bibit.

E.  PENYIANGAN

Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut atau mengored rumput-rumput liar yang tumbuh di areal penanaman. Karena jarak tanam yang digunakan tergolong lebar, maka gulma akan lebih banyak tumbuh. Itulah sebabnya penyiangan harus rutin, paling tidak seminggu sekali.  Sambil melakukan

pencabutan rumput lakukan pula pendangiran. Tanah di sekitar pertanaman dibalik dan dikored agar gembur.

F.  PEMANGKASAN

Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3 minggu. Cabang-cabang dipotong dan diarahkan agar tunasnya tumbuh menyebar.  Cabang yang menyebar penting untuk produksi buah yang banyak dan merata di setiap percabangan.  Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah, atau terkena serangan penyakit.

 

G.  PEMUPUKAN

Pemupukan Tanaman pare perlu dipupuk agar mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diperlukan tak hanya pupuk organik, melainkan juga anorganik.   Pupuk kandang sebagai pupuk organik diberikan saat pengolahan tanah sebanyak 10-15 ton/ha.  Selain itu tambahkan pupuk NPK (diberikan setelah tanaman tumbuh), sebanyak 20 g/lubang tanam atau sekitar 170-200 kg/ha. 

H.   PEMBUNGKUSAN BUAH

Untuk melindungi buah dari serangan lalat buah, buah pare perlu dibungkus dengan kertas koran, plastik tipis, atau plastik hitam. Pembungkusan dilakukan sejak buah masih kecil.  Pembungkusan pare muda dilakukan untuk menjaga kualitas buah, terutama sebagai upaya melindungi buah pare dari serangan lalat buah atau serangga lainnya.  Bila terlambat dilakukan, dapat mengurangi kualitas buah yang dihasilkan.  Sebagai pembungkus pare, dapat digunakan dedaunan, kertas koran, plastik tipis, ataupun bahan pembungkus lain.  Penutup buah dibiarkan hingga tiba masa panen.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

II.HAMA DAN PENYAKIT

 

A.  HAMA

1.    Hama oteng-oteng atau lembing (Epilachna sparsa) sering menghabiskan

daun pare. Hama tersebut dapat daun menghabiskan daun hingga yang tersisa tulang daun beserta jalur-jalur kecil mesofilnya sehingga daun menjadi kering kecokelatan. Bila ini dibiarkan, produksi buah bisa berkurang.  Pengendalian dengan menggunakan peptisida.

2.   Siput juga dapat menyerang tanaman pare. Tanaman terkoyak-koyak dan

rusak. Bila tanaman masih kecil, serangan siput bisa mematikan.  Pengendalian dengan menggunakan insektisida.

3.   Lalat buah dapat menyerang buah pare, sehingga mutunya rendah/busuk. Pengendalian dapat dengan membungkus buah data kertas koran atau plastik.

B.  PENYAKIT

Penyakit embun bulu. Daun yang terserang menunjukkan gejala bercak-bercak kuning di bagian atas daun, bagian bawahnya terdapat bulu-bulu berwarna ungu. Penyebabnya adalah jamur Pseudoperonospora cubensis. Serangan hebat dapat menurunkan produksi bahkan mematikan tanaman. Pengendalian dapat dilakukan dengan pemberian fungisida.

 

 

 

 

 

III.PANEN DAN PASCA PANEN

 

Pare yang sudah siap untuk dikonsumsi dapat langsung dipanen. Biasanya panen pertama dilakukan 2 bulan setelah tanam. Ciri-ciri pare yang tepat untuk dikonsumsi ialah belum tua benar, bintil-bintil dan keriputnya masih agak rapat, dan alumya belum melebar. Ukuran panjang pare gajih yang layak dikonsumsi sekitar 25-30 cm dan pare hijau 15-20 cm.  Pemetikan dilakukan dengan memotong buah diatas pembngkus dengan pisau atau gunting.  Pemetikan pare sebaiknya tidak dengan tangan. Pohon sering ikut tertarik bila dilakukan dengan cara demikian. Sebaiknya pemetikan buah dilakukan dengan pisau atau alat potong lainnya yang tajam. Buah pare gampang lecet sehingga dapat mempengaruhi kualitasnya. Untuk itu, pare disusun tanpa terlalu banyak tumpukan. Hindari pemuatan dalam wadah yang memungkinkan banyak terjadi gesekan. Usahakan selama dalam pengangkutan buah pare tidak terguncang-guncang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Dilla. 2008. Khasiat Dalam Pahit Pare. http://sehat.suaramerdeka.com. [11 Desember 2008]

 

Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. 1996. Usaha Tani Tanaman Pare.

 

Ipteknet. 2005. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=92 [11 Desember 2008]

 

Ipteknet. 2005. Pare. http://www.iptek.net.id. [11 Desember 2008]

 

Sianturi. G. 2002. Melawan Wabah Diabetes Dunia dengan Buah Pare. http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1025597117,76900,

[11 Desember 2008]

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar