TANAMAN PORANG
Oleh : Elis Passoyo, S.Pt
I.
PENDAHULUAN
Tanaman porang
menjadi perbincangan beberapa waktu terakhir. Pasalnya tanaman yang satu ini
disebut-sebut mampu menghasilkan keuntungan berlipat ganda. Tanaman porang menjadi perbincangan setelah
Paidi seorang pria asal Desa Kepel, Kecamatan
Kare, Kabupaten Madiun yang berprofesi sebagai seorang pemulung menjadi seorang
miliarder setelah membudidayakan tanaman porang.
Tanaman porang
atau nama lainnya Iles-iles mempunyai nama latin Amorphophallus muelleri
merupakan tanaman penghasil umbi yang dapat dimakan, anggota marga
Amorphophallus.
TAKSONOMI DAN PENYEBARAN
1.
Manfaat tanaman porang
Tanaman porang
(amorphophallus muelleri) merupakan tanaman umbi-umbian yang disebut-sebut
memiliki nilai ekonomis tinggi. Tanaman ini masih sekerabat dengan suweg,
karenanya memiliki penampilan serupa. Bukan
itu saja, tanaman porang juga merupakan komoditas ekspor bernilai ekonomi
tinggi. Di luar negeri, porang banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan
aneka makanan. Di antaranya mie shirataki, beras analog (beras nonpadi),
agar-agar konyaku, dan tahu. Porang juga
berguna di industri dirgantara, yakni sebagai bahan baku lem perekat untuk
pesawat. Kemudian, serat dari batangnya untuk membuat baju. Ada lagi,
glukomanan yang terkandung dalam porang merupakan bahan baku pembuatan kapsul.
Tepung iles-iles
juga bermanfaat menekan peningkatan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi
kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah
dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik. Iles-iles sebagai serat pangan dalam jumlah
besar dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit seperti
kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi
dalam darah, dan kencing manis.
II.
CARA PERKEMBANGBIAKAN
TANAMAN PORANG
Perkembangbiakan
tanaman porang dapat dilakukan secara vegetatif maupun generatif. Secara umum,
teknik perkembangbiakan porang dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
- Perkembangbiakan dengan Bintil
atau Katak. Katak adalah bintil berwarna coklat kehitaman yang muncul pada
pangkal atau tangkai daun tanaman porang. Dalam 1 kg katak berisi sekitar
100 butir katak. Katak dikumpulkan pada masa panen, kemudian disimpan
hingga memasuki musim penghujan untuk langsung ditanam pada lahan yang
telah disiapkan.
- Perkembangbiakan dengan Biji atau
Buah Setiap kurun waktu empat tahun, tanaman porang akan menghasilkan
bunga yang akan menjadi buah atau biji. Satu tongkol buah bisa
menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit
porang dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
- Perkembangbiakan dengan Umbi.
Untuk umbi yang berukuran kecil, diperoleh dari hasil pengurangan tanaman
yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan
ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit. Untuk umbi
yang berukuran besar, umbi dipecah-pecah sesuai ukuran yang diinginkan
selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Pertumbuhan vegetatif tanaman
porang berlangsung selama musim penghujan, dan mengalami dormansi pada musim
kemarau. Apabila tanaman telah tua/masak, daun dan batang tanaman menjadi
kering dan mati. Di Jawa, dari bibit yang ditanam pada awal musim hujan
(sekitar bulan November), tumbuh satu batang helai daun yang terus berkembang
dengan memanfaatkan persediaan makanan dari ubi yang digunakan sebagai bibit.
Selama musim hujan tumbuh ubi baru yang lebih besar dibandingkan bibit
awal. Pada awal kemarau (Mei – Juni),daun mengering dan mati dan ubi memasuki
masa dormansi hingga 5-6 bulan. Hingga pada bulan November, ubi tumbuh kembali
memasuki siklus pertumbuhan kedua.
Pada umur 3-4 tahun, pertumbuhan ubi sudah cukup besar
(2-3kg), muncul bunga (tidak lagi daun), dimana pada bulan Mei bijinya telah
masak namun masih dormansi selama 5-6 bulan hingga pada awal November biji
tersebut siap disemai. Selama pertumbuhan dari bulan November-Mei, benih telah
tumbuh tinggi lebih kurang 10 cm, mempunyai satu daun dan ubi sebagai
persediaan makanan mempunyai diameter 1-2 cm, dan berat 5-10 g. Pada bulan Mei,
daunnya akan mati dan kembali tumbuh
daun pada bulan November hingga mencapai tinggi 30 cm, mempunyai beberapa
bulbil /katak kecil, dan ukuran ubi mencapai diameter 8 cm dan berat 300 g.
Pada bulan Mei, daun tanaman kembali mati dan ubi bertunas kembali pada bulan
November dan tumbuh hingga tinggi 1 m, menghasilkan beberapa bulbil/katak
berukuran sebesar ubi tanaman berumur 1 tahun. Ukuran ubi pada saat itu telah
mencapai diameter 20-25 cm dengan berat 2-3 kg. Pada musim berikutnya tumbuh bunga kembali
dan menghasilkan biji.
III.
TEKNIS
BUDIDAYA TANAMAN PORANG
A. Syarat Tumbuh Tanaman Porang
Tanaman
porang dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja. Namun untuk mendapatkan hasil
yang baik, maka siapkan tanah yang gembur dan subur serta tidak tergenang air.
Selain itu, pastikan keasaman tanah berada pada pH 6 – 7. Tanaman porang
memerlukan naungan agar pertumbuhannya baik.
Tingkat kerapatan naungan minimal 40 %. Naungan yang cocok untuk tanaman
porang adalah pepohonan jenis jati, mahoni, dan sono. Tanaman porang mempunyai
sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau
tempat teduh. Tanaman tersebut dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 mdpl.
Tetapi ketinggian yang paling baik untuk budidaya porang adalah pada ketinggian
100 – 600 mdpl.
B.
Persiapan
Lahan Budidaya Porang
Lokasi
terbaik untuk budidaya porang adalah di bawah naungan pepohonan. Namun, di
lahan terbuka pun porang bisa tumbuh dengan baik dan normal asalkan diberi
naungan seperti paranet agar intensitas sinar matahari tidak terlalu berlebih.
Adapun persiapan lahan porang yang harus dulur-dulur lakukan adalah sebagai
berikut,
- Bersihkan lahan yang akan digunakan
dari gulma dan sisa tanaman
- Setiap 4 Ha dijadikan 1 blok dan
dibuat jalan pemeriksaan selebar 2 m sebagai batas balok
- Pemasangan ajir dengan jarak 1 m
x 1 m baik untuk umbi maupun untuk katak
- Buat jalur menggunakan cangkul
selebar 0,5 m, untuk bibit yang menggunakan katak yang ditanam pada jalur
yang sudah dicangkul.
- Pembuatan lubang tanam untuk
bibit yang menggunakan umbi dengan ukuran lubang sekitar 20x20x20 cm.
- Pemberian pupuk dasar dilakukan
sebelum umbi ditanam dengan pupuk bokashi sebanyak 0,5 kg/lubang yang
dicampur dengn top soil, sedangkan untuk katak pupuk bokashi dicampur pada
tanah sekitar ajir.
C.
Cara
Menanam Porang
Tanaman
porang paling baik ditanam ketika musim hujan, yaitu sekitar bulan November –
Desember. Tahap penanaman porang sebagai
berikut :
- Bibit yang telah dipilih
dimasukkan satu per satu ke dalam lubang tanam dengan letak bakal tunas
menghadap ke atas
- Untuk setiap lubang tanam diisi 1
bibit porang dengan jarak tanam 1 m x 1 m
- Tutup lubang tanam dengan tanah
setebal 3 cm
4.
Pemeliharaan
Dalam Budidaya Porang
Untuk
mendapatkan pertumbuhan dan produksi yang maksimal, dapat dilakukan perawatan
yang intensif dengan cara penyiangan gulma. Penyiangan dilakukan dengan
membersihkan gulma yang dapat menjadi pesaing tanaman porang dalam hal
kebutuhan air dan unsur hara. Penyiangan sebaiknya dilakukan sebulan setelah
umbi porang ditanam. Penyiangan berikutnya dilakukan saat ada gulma yang
muncul. Gulma yang sudah di siang lalu
ditimbun di dalam lubang untuk dijadikan pupuk organik.
5.
Pengendalian Hama dan Penyakit Pada Tanaman Porang
Hama
yang ditemukan menyerang tanaman porang adalah belalang, ulat makasar orketti,
ulat umbi araechenes dan nematoda. Sedangkan penyakit umum porang adalah: busuk
batang semu layu daun oleh jamur Sclerotium sp, Rhyzoctonia sp, Cercosporasp. Pengendalian nematoda jenis Heterodera sering
menyerang umbi porang dapat menggunakan Carbofuran, sedangkan pengendalian
penyakit dapat gunakan fungisida Ridomil dan Benlate, dan pengendalian hama
dapat gunakan Basudin dan Thiodan. Hama besar seperti babi hutan, landak atau
tikus tidak perlu dicemaskan, karena umbi porang banyak mengandung kalsium
oksalat yang menyebabkan muntah, gatal pada lidah dan kerongkongan bila bagian
tanaman dimakan mentah.
6. Tahap Panen Porang
Tanaman
porang dapat dipanen untuk pertama kali setelah umurnya mencapai 2 tahun. Umbi
yang dipanen adalah umbi besar yang beratnya lebih dari 1 kg/umbi, sedangkan
umbi yang masih kecil ditinggalkan untuk dipanen pada tahun berikutnya. Setelah
itu, tanaman dapat dipanen setahun sekali tanpa harus menanam kembali umbinya.
Ciri-ciri
porang yang siap panen adalah jika daunnya telah kering dan jatuh ke tanah.
Satu pohon porang bisa menghasilkan umbi sekitar 2 kg dan dari sekitar 40 ribu
tanaman dalam satu hektar bisa dipanen 80 ton umbi pada periode pemanenan tahun
kedua. Setelah umbi dipanen kemudian dibersihkan dari tanah dan akar, umbi
kemudian dipotong lalu dijemur, memotong umbi tersebut harus benar karena menentukan
kualitas porang yang dihasilkan Untuk dapat mengetahui cara budidaya porang
secara tepat
DAFTAR PUSTAKA
https://www.neurafarm.com/blog/InfoTania/Budidaya%20Tanaman/cara-budidaya-porang
https://tgc.lk.ipb.ac.id/2020/07/01/perkembangbiakan-vegetatif-porang/
https://tirto.id/mengenal-tanaman-porang-manfaat-harga-budidaya-nilai-bisnis-ekCF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar